Siklus Estrus Pada Ternak Sapi dan Ciri-cirinya | Estrus atau birahi pada ternak adalah keadaan fisiologis ternak betina yang menunjukkan gejala ingin kawin. Kondisi ini merupakan pengaruh hormone estrogen yang dihasilkan oleh folikel degraff yang sedang berkembang di ovarium dalam siklus folikullogenesis. Estrus pada ternak sapi terbagi kedalam empat tahap yaitu tahap proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus yang diklasifikasikan berdasarkan fisiologi yang terjadi di ovarium pada tahap perkembangan folikel.

Pada ternak sapi yang normal, lamanya periode estrus adalah 21 hari atau berada pada kisaran 18 – 24 hari. Jika ditemukan keadaan dimana masa siklus estrus yang terlalu lama biasanya disebabkan oleh kematian embrio pada periode sebelumnya, biasanya lamanya mencapai 30 – 35 hari dan ini disebut sebagai false heat.

Lamanya siklus estrus dapat juga disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon reproduksi yang disebabkan oleh defisiensi nutrient atau pengaruh suhu dan kelembaban lingkungan. Sebagai contoh bahwa untuk sintesis hormone FSH dan LH diperlukan asupan glikoprotein, sedangkan untuk sintesis estrogen diperlukan kolesterol yang cukup. 

Jika pakan yang diberikan tidak menjamin kecukupan nutrient, maka akan menyebabkan sintesis hormone terhambat sehingga berpengaruh terhadap siklus reproduksi termasuk menyebabkan siklus estrus menjadi lebih Panjang.

Fase Proestrus

Tahapan estrus pada ternak sapi dimulai Ketika Corpus Luteum (CL) yang dihasilkan pada siklus estrus sebelumnya mengalami regresi, tahap ini disebut tahap proestrus. Karena CL telah luruh, maka hormone progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum menurun dalam darah, sehingga hambatannya terhadap Folicle Stimulating Hormone (FSH) dihentikan. 

Pada fase ini Kembali terjadi lonjakan FSH sehingga perkembangan folikel dilanjutkan untuk berkembang menjadi folikel degraff yang siap ovulasi. Proestrus berlangsung pada hari ke 20 sampai akhir hari ke 21 dalam siklus estrus. Pada ternak sapi biasanya hanya menghasilkan 1 folikel matang yang siap ovulasi atau pada kasus kelahiran kembar menghasilkan 2 folikel matang.

Folikel degraff yang sedang berkembang menghasilkan hormone estrogen dan memicu estrus pada ternak. Mekanisme ini karena sel teka (lapisan terluar folikel) dan sel granulosa (lapisan dalam) berinteraksi selama proses folikullogenesis dalam bentuk aktifitas sel teka mengikat Luteinizing Hormone (LH) dan menghasilkan androgen. Lonjakan FSH yang terjadi, kemudian menstimulasi konversi androgen menjadi estrogen oleh sel granulosa.

Berikut adalah skema proses estrus pada ternak sapi:

Sumber: Prange. Physiology and Endocrinology of the Estrous Cycle, University of Massachusetts.

Fase Estrus

Estrus pada ternak sapi dimulai pada hari ke 21 yang ditandai dengan gejala estrus sebagai respon terhadap meningkatnya sekresi estrogen oleh folikel degraff di ovarium. Peningkatan lonjakan estrogen juga mempengaruhi kontraksi pada saluran reproduksi ternak betina dan mendukung untuk transport spermatozoa untuk proses fertilisasi. Estrogen juga menstimulasi disekresikannnya cairan dari vagina, cervix, oviduk dan uterus sehingga membantu transport spermatozoa dalam proses fertilisasi. 

Selain estrogen, folikel degraff di ovarium juga menghasilkan inhibin. Kemunculan inhibin memberikan negative feedback ke anterior hipofisa sehingga sekresi FSH ditekan. Negative feedback atau umpan balik negative artinya kehadiran suatu subtansi dalam siklus reproduksi memberikan dampak terhadap dihambatnya kehadiran subtansi lain.

Dengan demikian, karena FSH dihambat sekresinya oleh negative feedback yang diberikan oleh inhibin maka proses perkembangan folikel memasuki tahap selanjutnya yaitu ovulasi yang memerlukan peran Luteinizing Hormone.

Fase Metestrus

Berakhirnya fase estrus pada hari ke 21 siklus estrus yang ditandai berakhirnya standing heat pada ternak sapi, fase selanjutnya adalah fase metestrus. Fase metestrus dimulai Ketika terjadi lonjakan LH dari hipofisa anterior dan menginisiasi ovulasi.

Folikel yang ovulasi meninggalkan sel granulosa yang mengelilingi folikel dan berubah formasi menjadi corpus luteum karena pengaruh LH. Luteinizing hormone terus dijaga level konsentrasinya untuk memelihara CL hingga potensial untuk menghasilkan hormone Progesteron. Hormon progesterone adalah hormone penting yang diperlukan untuk mempersiapkan dan memelihara kebuntingan. Fisiologi progesterone pada kebuntingan ternak selengkapnya dapat anda baca DISINI.

Fase metestrus berakhir antar 3 – 3,5 hari setelah estrus yang ditandai dengan keluarnya aliran darah dari vagian sebagai dampak dari penurunan level konsentrasi estrogen. Secara praktis, tanda-tanda ini dapat dijadikan sebagai batasan estrus sehingga dapat diprediksi jika gejala ini sudah nampak, estrus selanjutnya akan terjadi lagi pada 21 hari kemudian.

Fase Diestrus

Fase diestrus pada siklus estrus ternak sapi adalah ditandai dengan pembentukan atau formasi corpus luteum di ovarium. Corpus luteum akan fungsional (mulai menghasilkan progesterone) pada hari ke 5 – 8 setelah estrus. Pada masa ini, level progesterone dalam darah meingkat dan memicu penebalan dinding endometrium uterus yang diperlukan untuk implantasi zygot.

Ketika oocyte yang dilepaskan dari ovarium pada proses ovulasi mengalami fertilisasi, level LH dalam darah dipertahankan sehingga CL terus dipelihara sebagai salah satu sumber progesterone untuk memelihara kebuntingan.

Namun jika tidak terjadi fertilisasi, anterior pituitary akan menerima feedback dari uterus sehingga sekresi LH dihentikan. Dihentikannya sekresi LH menyebabkan CL mengalami rupture karena suplay LH berkurang dan berakhir pada luruhnya CL. Karena CL telah luruh, progesterone dalam darah menurun, sehingga hambatan sekresi FSH dihentikan dan pituitary mulai melepaskan Kembali FSH menuju ovarium untuk melanjutkan perkembanga folikel.

Baca Juga: Interaksi dan Fungsi Corpus Luteum pada Reproduksi Ternak

Meningkatnya FSH menuju ovarium menginisiasi terbentuknya folikel degraff pada gelombang perkembangan folikel, dan ternak sapi mulai memasuki fase diestrus pada siklus estrus.

Ciri-ciri atau Gejala Estrus

Ciri atau gejala estrus adalah tanda-tanda yang muncul pada ternak yang dapat diamati secara kasat mata. Dengan memperhatikan tanda-tanda estrus, peternak dapat menentukan waktu pelaksanaan Inseminasi Buatan. Tanda-tanda estrus dapat diketahui dengan pengamatan ternak atau dengan menyentuh vulva.

Ciri-ciri estrus pada ternak sapi adalah sebagai berikut:

  • Ternak sapi terlihat gelisah
  • Sering melenguh
  • Vulva agak bengkak dan berwarna merah, jika diraba akan terasa hangat
  • Keluar cairan bening (mucus) dari vagina
  • Nafsu makan berkurang
  • Jika dipalpasi rektal, uterus akan terasa kontraksi dan mengeras dengan permukaan yang tidak rata. Selain itu akan terasa folikel degraff yang membesar.

Demikian siklus estrus pada ternak sapi dan ciri-cirinya semoga dapat menjadi informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi reproduksi ternak. Pengamatan estrus  penting dilakukan untuk mendukung keberhasilan inseminasi buatan. Perlu diketahui bahwa sperma dapat bertahan selama 24 – 48 jam di uterus setelah dideposisikan, sedangkan ovum hanya mampu bertahan 10 – 12 jam setelah ovulasi. Oleh karena itu, ketepatan pengamatan estrus sangat berpengaruh terhadap keberhasilan inseminasi.

Baca Juga: Cara Menyusun Formulasi Pakan Unggas yang Tepat