Pangan Fungsional : Daging Broiler Yang Diperkaya Omega 3 - Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga bergeser. Kesadaran akan gaya hidup sehat menuntut peternak dalam menghasilkan produk ternak yang memiliki manfaat fisiologis yang baik bagi kesehatan tubuh

Pangan fungsional yaitu jenis pangan yang mempunyai fungsi fisiologis yang baik bagi tubuh serta mampu mengurangi resiko penyakit bagi orang yang mengkonsumsinya.


Apabila makanan konvensional berfungsi sebagai sumber zat gizi, maka makanan fungsional mempunyai fungsi tersier dalam modulasi sistem fisiologis seperti kekebalan, hormonal, pencernaan, dan sistem seluler di dalam tubuh (Legowo,2007).


Pangan fungsional dapat diperoleh dari berbagai bahan pangan termasuk dari produk ternak. Namun demikian kadang masih dijumpai kesalahan persepsi masyarakat tentang produk peternakan. Legowo (2007) menyatakan bahwa sebagian masyarakat beranggapan bahwa hasil ternak merupakan pangan sumber lemak dan kolesterol yang sangat membahayakan kesehatan.

Oleh karena itu, perlu pemberian informasi kepada masyarakat tentang hasil ternak secara positif dan proporsional karena lemak dan kolesterol dari hasil ternak yang dikhawatirkan mengganggu kesehatan tidak sepenuhnya benar. Tubuh memerlukan lemak dan kolesterol dalam jumlah tertentu (< 250 mg/hari) untuk proses metabolisme seperti sintesa hormon steroid, menyusun membran sel otak dan syaraf, serta sebagai prekursor vitamin D dan garam empedu.


Untuk menghasilkan produk ternak rendah lemak dapat dilakukan dengan beberapa metode pengaturan lemak baik sebelum maupun sesudah panen. Pemberian pakan dan perlakuan hormonal adalah upaya jangka pendek yang banyak dilakukan untuk menurunkan kandungan lemak pada ternak, atau memperkaya jenis lemak tertentu yang dianggap baik (Legowo,2007).

Untuk Jangka panjang dapat dilakukan teknik pemuliaan, seleksi jenis ternak, modifikasi transgenik, serta kombinasi pengelolaan genetik, manajemen budidaya dan pakan. Salah satu upaya prapanen pengaturan lemak untuk menghasilkan produk peternakan fungsional adalah dengan memperkaya produk peternakan dengan asam lemak omega-3. Asam lemak Omega-3 khususnya yang mengandung DHA dan EPA, mempunyai manfaat kesehatan termasuk mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. 


Selain itu juga mendukung perkembangan janin selama kehamilan (Goede, et al 2010). Produk peternakan berupa susu maupun telur yang diperkaya dengan omega-3 telah banyak diproduksi secara komersial, namun pengkayaan omega-3 pada daging sulit dilakukan karena ketidakmampuan ternak mensintesis asam lemak tersebut (Legowo,2007). Oleh karena itu, perlu dikaji suatu upaya untuk menghasilkan produk ternak yang diperkaya dengan omega-3 khusunya pada daging ayam broiler.


Pengayaan Daging Broiler Dengan Omega 3



Untuk megnhasilkan daging broiler yang kaya akan omega-3 salah satunya adalah dengan pemberian biji rami dalam pakan (Zuidhof et al, 2009). Penelitian Zuidhof dan kawan-kawan membuktikan bahwa pemberian biji rami sebesar 10 dan 17% dapat meningkatkan omega-3 pada ayam broiler (7,65 dan 13,7 mg/100 gr daging/hari).


Disamping itu, kandungan omega-3 pada daging paha juga meningkat 16,3 mg/100 gr daging/hari dan 41,6 mg/100 gr daging/hari dengan pemberian biji rami masing-masing 10 dan 17%. Peningkatan omega-3 ini terutama disebabkan karena meningkatnya level asam lemak α-linolenat (18:3n-3) hingga tiga kali lipat.


Peningkatan level atau lama pemberian biji rami menyebabkan penurunan konsumsi pakan, bobot badan, dan presentase karkas. Sedangkan konversi pakan dan biaya produksi meningkat seiring dengan peningkatan level dan lama pemberian biji rami. Penurunan bobot badan dan meningkatnya konversi pakan disebabkan karena ternak mengalami depresi karena ketersediaan energi pakan yang rendah dan adanya faktor antinutrisi dalam biji rami termasuk getah kulit biji rami yang berasosiasi, linatine dipeptida, sianogen glikosida, tripsin inhibitor dan asam fitat.


Dalam penelitiannya Zuidhof et al, (2009) membandingkan level pemberian biji rami (10 dan 17%) dengan lama pemberian (0, 4, 8,12, 16, 20, 24, dan 35 hari) sebelum diproses pada umur 35 hari.

Meskipun peningkatan level atau lama pemberian biji rami menyebabkan penurunan konsumsi pakan, bobot badan, dan presentase karkas, penurunan konsumsi pakan pada dasarnya tidak dipengaruhi dengan pemberian biji rami dengan level 10% pada fase starter bahkan konsumsi pakan tertinggi fase grower selama pemeliharaan (11 hari dan hari ke 12 – 23), Peningkatan konsumsi dan konversi pakan disebabkan karena kecernaan pakan karena peningkatan kelekatan jejenum hingga tiga kali lipat (Nguyen, et al 2003).


Penurunan konsumsi pakan terjadi pada fase finisher ketika ternak diberi pakan dengan kandungan biji rami sebesar 17% dan yang paling rendah terjadi ketika diberikan selama 24 hari. Disamping itu, penurunan deposisi pada otot dada yang berimplikasi pada penurunan bobot badan karena menurunnya kecernaan nutrien termasuk kecernaan protein pada pakan, karena level energy, asam amino, lemak, serat, vitamin dan mineral pada setiap fase relatif sama. Hal ini juga disebabkan karena biji rami dapat mengganggu pencernaan dan penyerapan nurient di dalam usus (Alzueta et al, 2003).

Baca Juga:
Hubungan Stres Panas terhadap Produktivitas Ternak Ayam


Peningkatan omega-3 pada ayam broiler terjadi karena adanya konversi dari asam lemak α-linolenat (LNA) menjadi asam lemak eicosapentaenoic (EPA). Secara metabolik, DHA (decosahexaenoic acid) dibentuk dengan EPA melalui desaturase dan elongase (Scmithz dan Becker, 2008).


LNA atau asam lemak α-linolenat (ALA) asam lemak yang memiliki 18 rantai karbon yang dapat dikonversi menjadi asam lemak dengan rantai karbon yang lebih panjang dan lebih banyak melalui elongase dan desaturase (Azcona, et al 2007) dan ayam mampu mengkonversi LNA dalam ransum menjadi EPA dan DHA (Fritche, et ai 1991).


Oleh karena itu, ketika ternak diberi pakan yang merupakan sumber omega-3 termasuk ALA/LNA, maka akan terjadi proses elongase dan desaturase dalam proses metabolisme sehingga berkontribusi terhadap meningkatnya level omega-3 di dalam daging.


Penggunaan biji rami dalam campuran pakan dapat meningkatkan level omega-3 dalam daging broiler. Namun demikian, penggunaan biji rami sebagai sumber omega-3 dalam pakan dapat meningkatkan biaya produksi dan meningkatkan konversi pakan (Zuidhof et al, 2009).


Selain itu penggunaan biji rami juga menghasilkan bobot badan yang lebih rendah, pertambahan bobot badan dan konversi pakan yang jelek (Azcona, et al 2007). Oleh karena itu, untuk meminimalkan biaya produksi Zuidhof et al, (2009) merekomendasikan pemberian 10% biji rami selama 24,1 hari untuk menghasilkan daging dada broiler yang kaya akan omega-3, bobot karkas, dan yield daging yang baik. Sedangkan untuk menghasilkan daging paha yang kaya akan omega-3 direkomendasikan pemberian 10% biji rami selama 4,54 hari.

Baca Juga:
Manipulasi Pakan untuk Menurunkan Kolesterol Daging Ayam Broiler


Fungsi daging broiler yang diperkaya dengan Omega-3 terhadap kesehatan


Seperti telah diketahui bahwa omega-3 adalah jenis asam lemak tak jenuh jamak yang memiliki kisaran jalur metabolisme dari 18 – 20 atom karbon, dan memiliki ikatan rangkap yang bervariasi dari 3 – 6 ikatan rangkap. Collins (2010) menyatakan bahwa pentingnya omega-3 dalam segi nutrisi karena mengandung α-linolenic acid (18:3n−3; ALA), stearidonic acid (18:4n-3; SDA) eicosapentaenoic acid (20:5n−3; EPA), and docosahexaenoic acid (22:6n−3; DHA).


Oleh karena itu, daging broiler yang mengandung omega-3 akan memberikan fungsi patogenesis terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit kardiovaskular, kanker, depresi, penyakit inflamasi dan auto imun (Collins,2010). Berikut adalah beberapa fungsi daging broiler yang mengandung omega-3

1. Menurunkan resiko penyakit kardiovaskular.


Kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan karena menurnnya fungsi kardiovaskular, yaitu jantung dan pembuluh darah. Menurunnya resiko penyakit kardiovaskular karena kandungan anti-hipertensi yang terdapat dalam α-linolenic acid (ALA) yang dapat menurunkan tekanan darah sistol maupun diastol (Collins, 2010). Selain itu, DHA dalam daging broiler yang diperkaya dengan omega-3 meningkatkan fungsi membran sel dan signaling selluler, kemampuan DHA dalam memperbaiki signaling sel memberikan dampak yang baik terhadap kesehatan jantung, mencegah dan mengobati kepikunan, disfungsi visual tertentu dan manfaat lainnya terhadap perbaikan kondisi kardiovaskular.


2. Mengurangi resiko penyakit kolesterol.


Kandungan EPA dalam daging yang diperkaya dengan omega-3 juga dapat menurunkan resiko penyakit kolesterol. EPA diketahui dapat menurunkan level plasma trygliserida dan kemungkinan meningkatkan level high-density lipoprotein (HDL) (Collins, 2010). Selain itu, dilaporkan bahwa kandungan DHA dapat meningkatkan level ukuran LDL pada pasien diabetes tipe 2 serta menurunkan kerentanan terhadap oksidasi LDL dan perkembangan disfungsi endotel yang lebih rendah.


3. Mendukung perkembangan janin selama kehamilan.


Seperti diketahui bahwa α-linolenic acid (ALA) dapat dikonversi melalui proses desaturase dan elongase menjadi EPA dan DHA dengan adanya ezym Δ-6 desaturase. Proses elongase diperkaya dengan adanya estradiol. Konsentrasi EPA dan DHA dalam jaringan dan plasma memiliki hubungan yang positiv terhadap level konsentrasi estradiol dan progesteron sedangkan dengan dengan level sirkulasi testosteron DHA dan EPA memiliki hubungan yang negatif (Collins, 2010). Sebagaimana dipahami bahwa progesteron berfungsi meningkatkan dinding mukosa uterus dan memelihara kebuntingan.


4. Perkembangan otak dan mencegah kepikunan


Fungsinya dalam perkembangan otak dan mencegah kepikunan karena daging broiler yang diperkaya dengan omega-3 mengandung DHA dan EPA. Diana (2013) melaporkan bahwa Omega 3 (EPA dan DHA) termasuk asam linolenat berfungsi untuk pembentukan spingomielin dan merupakan komponen struktural sel saraf (mielin). EPA berguna untuk pembentukan membran sel. Spingomielin adalah zat yang berfungsi dalam pembentukan sel otak serta mielin sel saraf.


Kandungan DHA di otak dapat berkurang seiring meningkatnya umur (penuaan). Padahal fungsi DHA sangat penting dalam mendukung kinerja otak terutama pada anak yang sedang berkembang.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa daging broiler dapat diperkaya dengan omega-3 melalui pemberian biji rami. Zuidhof et al, (2009) merekomendasikan pemberian 10% biji rami selama 24,1 hari untuk menghasilkan daging dada broiler yang kaya akan omega-3, bobot karkas, dan yield daging yang baik. Sedangkan untuk menghasilkan daging paha yang kaya akan omega-3 direkomendasikan pemberian 10% biji rami selama 4,54 hari.


Daging broiler yang diperkaya dengan omega-3 dapat berfungsi sebagai bahan makanan fungsional yang memiliki fungsi terhadap kesehatan diantaranya ; menurunkan resiko penyakit kardiovaskular, menurunkan resiko penyakit kolesterol, mendukung perkembangan janin selama kehamilan, dan untuk perkembangan otak untuk mencegah kepikunan.