Cara Menghitung Break Event Point (BEP) Ayam Broiler - Usaha peternakan adalah usaha yang padat modal, hampir 80% biaya modal dalam usaha peternakan hanya berasal dari pakan. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu usaha peternakan harus betul-betul dilakukan analisa usaha yang tepat agar dapat menuai keuntungan.

Salah satu analisa usaha yang bisa dilakukan adalah dengan menghitung Break Event Point (BEP). Break Event Point (BEP) adalah keadaan suatu usaha tidak dalam keadaan untung atau rugi atau dengan kata lain usaha tersebut dalam keadaan titik impas.


Analisis BEP dibutuhkan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus dihasilkan atau berapa total penerimaan (dalam rupiah) yang harus dihasilkan agar usaha peternakan berada dalam keadaan titik impas. Sehingga terdapat dua kategori BEP dalam dunia usaha, yaitu BEP Produk dan BEP Harga.


BEP dalam Produk


BEP dalam produk adalah analisa untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus dihasilkan agar usaha peternakan berada pada titik impas. Rumus untuk menghitung BEP Produk adalah sebagai berikut:


BEP Produk = FC:(P - VC-unit)

Ket:

FC : Fixed Cost (biaya tetap)

P : Price (harga jual produk)

VC-unit: Biaya variabel/unit


Biaya tetap adalah biaya yang bersifat tetap, terlepas dari jumlah volume yang dihasilkan. Artinya biaya tetap ini tidak terpengaruh dengan jumlah volume produk yang dihasilkan. Pada usaha peternakan ayam broiler, kandang, mesin pakan, tempat pakan dan air minum, gudang, dan peralatan kandang termasuk kedalam biaya tetap. Berbeda dengan biaya varibel dimana besarannya dapat berubah sesuai dengan pertambahan volume produk (misalnya DOC dan pakan).


Dalam analisa usaha, biaya tetap yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan sehingga setiap komponen yang termasuk ke dalam biaya tetap harus dihitung terlebih dahulu biaya penyusutannya sebelum dimasukkan dalam komponen biaya per periode.


Cara perhitungan biaya penyusutan adalah sebagai berikut:


Pada usaha peternakan ayam broiler misalnya, untuk pemeliharaan 500 ekor dibutuhkan total biaya untuk pembuatan kandang sebesar Rp. 15.000.000. Angka ini tidak bisa langsung kita masukkan pada perhitungan biaya tetap yang dikeluarkan setiap periode, melainkan dikonversi terlebih dahulu untuk menghitung berapa biaya penyusutan kandang per periode.


Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


Biaya penyusutan = (Harga beli baru - Harga jual lama): Umur produktif


Harga beli baru untuk biaya kandang adalah Rp. 15.000.000 sedangkan harga jual baru dapat kita perkirakan jika saja nanti kandang ini dijual kembali dapat dijual dengan harga berapa misalnya Rp. 2.000.000.


Untuk umur produktif dalam contoh kasus ini adalah periode, karena analisa usaha kita adalah per periode. Misalkan saja kandang yang kita buat dapat produktif digunakan selama 40 periode, sehingga biaya penyusutan kandang adalah sebagai berikut:


Biaya penyusutan kandang = (Rp. 15.000.000 - Rp. 2. 000.000): 40

Biaya penyusutan kandang = Rp. 325.000 per periode


Dengan cara diatas kita harus menghitung semua komponen biaya tetap untuk mengetahui penyusutannya per periode. Setelah semua komponen biaya tetap dihitung penyusutannya, barulah total penyusutan tersebut kita gunakan sebagai komponen FC (Fixed Cost) pada perhitungan BEP.


Selanjutnya adalah cara mgnhitung biaya variabel per unit atau VC-unit. Biaya ini juga kita perlukan pada analisa BEP usaha peternakan ayam broiler. Cara menghitung VC-unit cukup sederhana karena kita tidak perlu menghitung biaya penyusunan alat.


Cara menghitung biaya variabel per unit dapat dilakukan dengan menjumlahkan total biaya variabel yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan setiap satu periode pemeliharaan.


Misalnya untuk memproduksi atau dalam pemeliharaan 500 ekor ayam broiler total biaya variabel adalah sebesar Rp. 20. 000.000, maka VC-unitnya adalah Rp. 20.000.000: 500 yaitu sebesar Rp. 40.000. Artinya biaya variabel yang digunakan untuk pemeliharaan satu ekor ayam broiler per periode adalah Rp. 40.000.


Komponen selanjutnya yang harus diketahui adalah harga jual produk. Kita asumsikan saja dalam contoh kasus ini bahwa harga jual produk adalah Rp. 60.000/ekor agar lebih mudah, selanjutnya BEP sudah dapat kita hitung.


Mengacu pada asumsi diatas, bahwa kita akan menghitung BEP Produk dari suatu usaha peternakan ayam broiler dengan jumlah 500 ekor, harga jual Rp. 60.000/ekor, VC-unit Rp. 40.000/ekor, dan asumsi total biaya tetap setelah penyusutan adalah sebesar Rp. 3.750.000. Maka BEP Produk pada usaha ini adalah:


BEP Produk = FC:(P - VC-unit)

= Rp. 3.750.000 (Rp. 60.000 - Rp. 40.000)

= 187,5 ekor


Artinya, agar usaha ini berada pada titik impas, setidaknya harus dapat menghasilkan dan menjual sebanyak 187,5 ekor ayam broiler dengan harga jual sebesar Rp. 60.000.


BEP dalam Harga


Break Event Point (BEP) dalam harga adalah keadaan suatu usaha pada titik impas pada tingkat penerimaan tertentu. Jika pada BEP Produk acuan kita adalah jumlah produk, pada BEP Harga acuan kita adalah berapa penerimaan yang bisa dihasilkan. Artinya, BEP Harga ini untuk mengetahui berapa minimal penerimaan usaha ayam broiler agar impas.


Cara menghitung BEP dalam Harga adalah sebagai berikut:


BEP dalam Harga = FC:( 1-(VC-unit/P) )


Ket.

FC : Fixed Cost (biaya tetap)

P : Price (harga jual produk)

VC-unit: Biaya variabel/unit

1-(VC-unit/P) biasa juga disebut sebagai margin kontribusi per unit


Dengan menggunakan asumsi yang sama dengan perhitungan BEP produk diatas, maka BEP harga dapat dihitung sebgai berikut:


BEP dalam Harga = FC:( 1-(VC-unit/P) )

= Rp. 3.750.000: (1-(Rp. 40.000:Rp. 60.000))

= Rp. 3.750.000:(1-0,67)

= Rp. 3.750.000:0,33

= Rp. 11.363.636


Artinya usaha peternakan tersebut akan berada pada titik impas jika memperoleh penerimaan sebesar Rp. 11.363.000.


Setelah kita menghitung BEP usaha ayam broiler ini, kita juga bisa menentukan berapa jumlah produk yang bisa kita hasilkan untuk mengejar target laba atau keuntungan tertentu.


Berdasar pada komponen asumsi harga dan biaya diata, misalnya peternak ingin setiap periode mendapat keuntungan sebesar Rp. 15.000.000, berapa jumlah produk yang harus dihasilkan ?


Cara perhitungan ini bisa menggunakan BEP-laba sebagai berikut:


BEP-laba = (FC + Target Laba):(P - VC-unit)

  = (Rp. 3.750.000 + Rp. 15.000.000):(Rp. 60.000 - Rp. 40.000)

  = 937,5 ekor


Hasilnya adalah 937,5 ekor. Satuannya adalah ekor mengikuti satuan produk. Jadi, peternak jika ingin mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 15.000.000 per peride (dengan asumsi harga dan biaya diatas) maka harus menghasilkan 937,5 ekor ayam broiler.


Demikianlah cara perhitungan Break Event Point (BEP) ayam broiler, semoga dapat memberikan manfaat agar dapat mengembangkan usaha peternakan lebih maju lagi.


Baca Juga: Manipulasi pakan untuk turunkan kolesterol ayam broiler