Fase Perkembangan Embrio Pada Ternak Sapi
- Kebuntingan adalah salah satu proses fisiologis dalam siklus reproduksi ternak yang merupakan tahapan lanjutan setelah terjadi fertilisasi. Kebuntingan ternak merupakan tahapan perkembangan ovum menjadi embrio dan selanjutnya fetus untuk dilahirkan.


Kebuntingan ternak, khususnya pada ternak sapi terdiri dari tiga fase di atas yaitu perkembangan ovum yang terjadi mulai saat terjadi fertilisasi sampai hari ke 13. Selanjutnya fase embrio dari hari ke 14 saat mulai terbentuknya germ layer sampai hari ke 45, dan fase terakhir adalah fetus yang dimulai pada hari ke 46 sampai kelahiran (partus). Selama fase kebuntingan ini hormon yang memainkan peran yang sangat penting adalah Progesteron yang disekresikan oleh Corpus luteum di ovarium.


Fase kebuntingan dimulai setelah terjadi fertilisasi dan ovum mengalami pembelahan meiosis dimana proses ini disebut cleavage. Pembelahan sel terus terjadi hingga membentuk cluster sel yang solid atau blastomer yang dikenal sebagai morulla. Lamanya pembentukan morulla ini terjadi selama 5-6 hari setelah fertilisasi.


Pada hari ke- 6 setelah fertilisasi ovum berkembang membentuk rongga yang mengarah keluar dan menjadi blastocyte. Blastocyst ini merupakan sebuah single layer dari sel-sel spherical (sel bola tunggal), trophoblast, dengan pusat berlubang, serta kelompok sel dengan massa sel terdapat pada sisi bagian dalam. Massa sel ini nanti yang akan berkembang membentuk embrio, sedangkan trophoblast atau trophectoderm berperan sebagai penyedia nutrient. Pada tahap perkembagan selanjutnya trophoblast ini akan membentuk chorion.


Pada hari ke 8 zona pellucida mula terfragmentasi dan blastocyst mulai terbentuk atau yang dikenal dengan “menetas” nya blastocyst dan selanjutnya diikuti oleh periode elongasi blastocyst. Proses ini dipengaruhi oleh hormon progesteron yang menstimulasi uterus sehingga zona pellucida dapat dengan mudah mengalami ruptur sehingga blastocyst dapat dilepaskan.


Pada hari ke 14 perkembangan germ layer sudah mulai terjadi dan merupakan awal fase embrio. Pada fase awal memasuki fase embrio ini, tiga germ layer mulai berkembang dan muncul dari massa sel bagian dalam (inner cell) yang selanjutnya dikenal sebagai ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Ektoderm ini selanjutnya yang berkembang dan berperan memunculkan struktur ekternal seperti kulit, bulu, kuku, kelenjar susu, dan sistem syaraf. Lapisan mesoderm akan berkembang menjadi jantung, tulang, dan otot, dan lapisan endoderm akan membentuk organ internal lainnya.

Pada hari ke- 16, embrio sudah cukup berkembang dan memberikan sinyal kehadirannya kepada maternal system sehingga mencegah luteulisis sebagaimana yang terjadi jika sapi tidak dalam keadaan bunting. Proses luteulisis ini terjadi karena adanya interaksi antara corpus luteum dengan uterus.


Pada hari ke- 45 pembentukan organ-organ primitif telah selesai dan ini merupakan awal fase fetus (janin).


Pembentukan Membran Ekstra-embrionik


Embrio pada dasarnya dapat bertahan sementara waktu di uterus dengan menyerap nutrient dari jaringannya sendiri dan dari cairan uterus, akan tetapi pada tahapan perkembangan selanjutnya akan sepenuhnya bergantung dari suplai nutrien dari induknya. Suplai nutrien dari induk ini terjadi karena embrio menempel pada endometrium sehingga kebutuhan nutrien embrio dapat dipenuhi. Proses ini disebut implantasi dan diperkirakan terjadi saat embrio berumur 20 hari.


Yolk Sac, struktur ini berfungsi untuk mentrasfer nutrien dari uterus kepada embrio yang sedang berkembang. Yolk sac penting namun hanya bersifat sementara dan terbentuk sebagai penggelembungan dari usus yang sedang berkembang.


Yolk sac ini terpisah dari dinding uterus hanya oleh layer terluar blastocyst dan pembuluh darahnya menyerap nutrient. Fungsi yolk sac kelak akan diambil alih oleh alantois yang nanti akan dibahas dibawah.


Amnion adalah membran yang terbentuk dari layer mesoderm dan sebuah layer ektoderm. Membran ini akan terus mengalami perkembangan sehingga menutupi embryo hingga memenuhi area yolk sac secara lengkap. Tahapan perkembangan amnion biasanya selesai pada hari ke- 18 dan dipenuhi oleh cairan dan mendukung serta melindungi embio dalam tahap perkembangannya.


Allantois adalah struktur yang terbentuk dari dinding usus dimana perkembangannya mengarah keluar yang pada akhirnya kontak dengan layer terluar atau trophectoder untuk membentuk chorion atau chorion+allantois. Membran ini biasanye terbentuk pada hari ke 23 dan berangsur-angsur mengelilingi embryo, amnion dan allantoic cavity.


Plasenta adalah cairan yang terbentuk karena adanya kontak antara chorion dan endometrium. Pada spesies ruminansia, plasenta dideskripisikan sebagai ‘cotyledonary’ sejak terjadi penempelan (implantasi) pada area khusus endometrium. Plasenta berfungsi sebagai media pertukaran oksigen, karbondioksida, serta nutrien dari induk untuk embrio yang sedang berkembang.


Setelah perkembangan embrio mencapai umur 32 hari allantois dan trophectoderm hampir memenuhi tanduk uterus serta diikuti dengan adanya keterikatan kotiledon yang rapuh.


Pada tahap akhir gestasi, amniotic mengandung rata-rata cairan sebanyak 25 liter dan allantic cavities sebanyak 15 liter cairan uterus.



Perkembangan Fetus


Pertumbuhan fetus bersifat eksponensial selama kebuntingan. Laju pertumbuhan ini meningkat seiring dengan progres kebuntigan ternak. Pada ternak sapi, rata-rata lamanya kebuntingan antara 280-285. Variasi lama kebuntingan ini karena perbedaan bangsa sapi khususnya pengaruh pejantan. Artinya bahwa perbedaan bangsa pejantan dapat berpengaruh terhadap lamanya kebuntingan pada induk betina yang memiliki bangsa sama.


Contohnya adalah ketika bangsa sapi Friesian dikawinkan dengan penjantan dari bangsa Hereford lamanya kebuntingan adalah 281 hari. Tapi, ketika menggunakan pejantan dari bangsa sapi Limousin lamanya kebuntingan dapat mencapai 287 hari.


Berikut adalah tabel pengaruh pejantan terhadap lama periode kebuntingan sapi Friesian:


 Pejantan   
Periode Gestasi
(hari)

 British Friesian  
 281
 Hereford 282
 Charolais 284
 Simmental 284
 South Devon
 285
 Chianina 286
 Blonde d'Aquitaine
 287
 Limousin 287

Kebuntingan ternak sebagian besar terjadi pada uterus sebelah kanan dibandingkan dengan uterus sebelah kiri dengan perbandingan 60:40 demikian pula keberadaan corpus luteum yang diketahui berperan sebagai penyedia progesteron selama masa kebuntingan ternak.


Implantasi

Implantasi atau proses penempelan embyo ke endometrium dipengaruhi oleh hormon progesteron serta ada atau tidaknya transmembran glikoprotein yang dikenal sebagai Muc-1 yang bersifat sebagai anti-adhesif faktor. Proses implantasi terjadi ketika konsentrasi Muc-1 menurun dengan cepat dan lama kelamaan hilang sehingga memungkinkan terjadinya implantasi.


Lamanya poroses implantasi selain karena konsentrasi Muc-1 di uterus juga diepengaruhi oleh kerja horomon progesteron terhadap endometrium. Konsentrasi progesteron meningkat dengan cepat seiring dengan terbentuknya corpus luteum.


Setelah 8 sampai 10 hari uterus menerima pengaruh progesteron dalam fase kebuntingan ini, reseptor progesteron di epitelium uterus mengalami penurunan fungsi sehingga pengaruh progesteron terhadap jenis sel ini juga menurun.


Sebagaimana diketahui epitelium uterus inilah yang memproduksi Muc-1 atas pengaruh dari progesteron. Dengan demikian, menurunnya fungsi reseptor progesteron pada epitelium uterus memungkinkan untuk dimulainya proses implantasi karena tidak diproduksinya Muc-1.


Perkembangan embrio yang normal dapat terjadi karena adanya asupan nutrien yang cukup serta fungsi-fungsi hormon reproduksi berjalan dengan baik.